Rumah Tahfidz Adzkia oleh Al-Hafizh Awaluddin Sihombing

Rumah Tahfidz Adzkia di Kampung Masjid Kualuh Hilir
Kampung Masjid di Kualuh Hilir Labuhan Batu Utara memiliki rumah tahfidz bernama Rumah Tahfidz Adzkia.

Rumah Tahfidz ini dibukan oleh Al-Hafizh Awaluddin Sihombing.

Lihat gambar di atas.

ilustrasi

spacer

Ikatan Pemuda Mahasiswa Kualuh Hilir (IPKHI) Perkuat Persatuan

ilustrasi
Pengurus Ikatan Pemuda Mahasiswa Kualuh Hilir (IPKHI) resmi dilantik oleh Dewan Penasehat IPKHI, Muchrid Nasution, di Gedung Amaliun Hall Medan.

Acara pelantikan ini berlangsung hangat dan penuh kebahagiaan karena sudah dipersiapkan selama satu bulan oleh panitia.

Selain Pelantikan pengurus IPKHI, dalam acara itu juga dirangkai Dialog Publik dengan pemateri Muchrid Nasution (Dewan Penasehat IPKHI/Anggota DPRD Sumut), Syarifuddin El Hayat (PR III UISU), Jonson Sialoho (Politisi), Tengku Zainul Mahmun Syah (Sultan Kualuh Pemangku Adat), Ali Tambunan (Ketua HIMMA Kalbu) dan Hasan Basri Ritonga (Ketua PERTI).

Momen ini juga menjadi ajang temu kangen sekaligus silaturrahmi seluruh masyarakat Kecamatan Kualuh Hilir, Kabupaten Labuhanbatu Utara, yang berada di Kota Medan.

ilustrasi


Mahasiswa dari organisasi kedaerahan di Labuhanbatu Utara juga turut berpartisipasi, antara lain PMP Labura, GEMA Labura, IMKM Marbau, HIMLA dan HIMMA Kalbu.

Ikatan Pemuda Mahasiswa Kualuh Hilir (IPKHI) merupakan salah satu organisasi pemuda dan mahasiswa asal Kualuh Hilir yang sedang berada di Kota Medan sebagai wadah pemersatu seluruh pemuda dan mahasiswa Kecamatan Kualuh Hilir.

Pelantikan ini merupakan yang pertama. Pengurus inti IPKHI periode 2018-2019 yang baru saja dilantik dipimpin oleh Ketua Umum Imamul Hakim, Wakil Ketua Syahrul Ramadhan, Sekretaris Umum Mar'I Tanjung dan Bendahara Umum Nidaul Husna.

Dialog publik dan pelantikan ini mengusung tema 'Memperkuat Serta Menumbuhkan Kepedulian Pemuda dan Mahasiswa Terhadap Pembangunan Daerah yang Berkelanjutan'. Mereka berharap pada masa kepengurusan ini banyak melahirkan kader IPKHI yang berkualitas dan bermanfaat untuk daerah.

"Pengurus yang telah dilantik tetap semangat dalam berorganisasi, mampu menjadi organisasi yang mandiri dan kreatif, mampu menjawab permasalahan-permasalahan yang ada di Kecamatan Kualuh Hilir," ujar Muchrid Nasution, Kamis (5/4).

Pada Pelantikan ini Imamul Hakim mengungkapkan, seluruh pemuda dan mahasiswa asal Kualuh Hilir wajib bergabung dengan IPKHI karena ini merupakan wadah untuk membangun Kecamatan Kualuh Hilir yang saat ini jauh tertinggal dari kecamatan-kecamatan lain di Kabupaten Labura. (sumber)
spacer

Mengenal Keluarga Besar Nengeri Kualuh

ilustrasi
Keluarga Besar Nengeri Kualuh dipimpin oleh ketua Tengku Zainal Alhas.

Pauyuban ini aktfi di berbagai kegiatan sosial. Pada pilgubsu 2018keluarga besar mendukung pasangan Edy Rahmayadi-Musa Rajekshah dalam bentuk semangat dan doa restu kepada keduanya.

"Ini juga sebagai wujud syukur masyarakat kepada Allah, atas kemenangan pasangan  Eramas di Pilkada kemarin," ujar Zainal Alhas.

Ia juga menyebutkan, sejak mengetahui Edy dan Ijeck mengikuti ajang Pilgub Sumut, Keluarga Besar Nengeri Kualuh secara langsung mendukung pasangan yang dikenal dengan slogan Eramas itu. Ia mengungkapkan, dukungan yang datang dari masyarakat melayu, jauh lebih dulu datang dibanding masyarakat atau pendukung lainnya. Terlebih, Edy dan Ijeck adalah putra daerah yang memegang memiliki garis keturunan melayu. (sumber)

spacer

Jejak Sejarah Mesjid Sultan Kualuh di Labuhanbatu Utara

ilustrasi
Mesjid Raya Al-Haji Muhammad Syah, yang terletak di Jalan Besar Tanjung Pasir Dusun Kampung Tengah Desa Tanjung Pasir Kecamatan Kualuh Selatan Kab. Labuhanbatu Utara (Labura), merupakan mesjid bercorak Melayu yang didirikan oleh Sultan Kualuh III, Al-Haji Muhammad Syah pada tahun 1937. Mesjid yang berukuran sekitar 20 x 20 meter ini terletak tak jauh dari sungai Kualuh, sungai yang membentang dari Kecamatan Kualuh Hulu, Kualuh Selatan, Kualuh Hilir, dan Kualuh Leidong. Kesultanan Kualuh merupakan pecahan Kesultanan Asahan yang berdiri pada abad XVI, sedangkan Kesultanan Kualuh pada abad XVIII.

“Pada tahun 1920 Sultan Al-Haji Muhammad Syah memindahkan pemerintahan Kerajaannya ke Tanjung Pasir dan mendirikan Istana. Anak gadis Sultan menikah dengan salah seorang pangeran dari kerajaan Langkat. Sebagaimana ayahandanya, Putri Sultan yang menjadi permaisuri tersebut berkeinginan membangun Mesjid di Labura. Sultan berkunjung ke kerajaan Langkat, beliau sangat kagum melihat keindahan bangunan Mesjid Azizi yang dibangun oleh Sultan Langkat pada waktu itu. Beliau menginginkan pembangunan mesjid di seperti Mesjid Azizi dan meminta agar membuatkan gambar dengan ukuran mini,” ujar Sultan Kualuh V, H. Tengku Zainal Abidin, 74, Minggu (11/6).

Sultan yang dinobatkan oleh zurriyat (keturunan Sultan) generasi senior pada 25 Mei 2013 dengan gelar Yang Dipertuan Sultan Kualuh ini mengatakan, sejarah Mesjid Raya Al-Haji Muhammad Syah diawali berdirinya Kerajaan Kesultanan Kualuh di Labura pada abad XIX, tepatnya tahun 1829 dengan raja pertama Sultan Haji Ishaq Syah. Setelah beliau mangkat maka digantikan oleh putra tertuanya bernama Sultan Al-Haji Abdullah Syah dan memindahkan pemerintahan kerajaannya ke Kampung Mesjid Kecamatan Kualuh Hilir yang sebelumnya kampung tersebut bernama Djatuhan Dadih. Perubahan nama kampung tersebut terjadi setelah kedatangan seorang ulama dari Rokan, Riau bernama Tuan Syekh Abdul Wahab Rokan beserta para pengikutnya sekitar 150 orang. Kedatangan ulama terkenal tersebut disambut oleh Sultan dan memberikan bantuan berupa beras dan sejumlah uang untuk keperluan para santri.

Atas anjuran Tuan Syekh Abdul Wahab Rokan, setelah Sultan berguru beberapa tahun maka Sultan berniat menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci Mekah beserta putranya yang bernama Tengku Biong (yang kelak akan berganti nama) pada tahun 1870 selama kurang lebih 3 tahun untuk memperdalam ilmu agama. Di sana, Sultan mendirikan tempat tinggal di sekitar Masjidil Haram tepatnya berada di Pasar Seng. Tempat tinggal tersebut diperuntukkan bagi keluarga dan masyarakat Kesultanan Kualuh yang pergi melaksanakan haji pada saat itu sehingga tidak perlu lagi mencari tempat tinggal di Mekah. Selanjutnya setelah Sultan merasa cukup, atas permintaan rakyatnya maka Sultan kembali ke tanah air (Kualuh) dan mewakafkan tempat tinggal tersebut.

Sebelum Sultan berangkat ke tanah suci, bersama Tuan Syekh Abdul Wahab Rokan membangun sebuah mesjid, yang kelak tempat tersebut bernama Kampung Mesjid kerena terdengar kabar ada ulama besar mengajarkan ilmu agama di kampung tersebut.

“Saat ini usia mesjid 80 tahun dan termasuk cagar budaya karena sudah berusia lebih dari 50 tahun sesuai dengan Undang-Undang Cagar Budaya No. 11 tahun 2010. Mesjid ini pernah dipugar sekitar tahun 1975 oleh ABRI masuk desa dengan membangun pagar depan mesjid.Terima kasih pada masyarakat yang sukses di perantauan yang telah menyumbang, serta Pemkab Labura yang begitu memperhatikan,” tambah Sultan Kualuh V.

Dikatakannya, pihaknya berencana mewaqafkan mesjid tersebut, tetapi harus disetujui oleh seluruh ahli waris.

Situs Bersejarah Labura

Mesjid Raya Al-Haji Muhammad Syah memiliki nilai sejarah bercorak budaya Melayu di Labura. Motif mesjid ini dinilai masih memiliki nilai original.

“Mesjid yang di Tanjung Pasir masih banyak yang asli. Sekitar 3 bulan lalu, tim untuk pengkajian budaya dari provinsi datang untuk mendata tempat-tempat bersejarah di Sumut. Sekitar 30% mesjid ini belum berubah,” kata Kabid Budaya Disdik Labura, Supianto SPd, Jumat (16/6).

Dikatakannya, jika mesjid tersebut telah diwaqafkan, maka Pemkab akan mengelola mesjid tersebut sebagai tempat bersejarah.

“Mesjid ini merupakan cagar budaya peninggalan bersejarah. Tentunya layak untuk dirawat,” tambah Drs Sugeng, Kepala Dinas Kominfo Labura. (sumber)
spacer